Iklan

Senin, 27 Oktober 2025, Oktober 27, 2025 WIB
Last Updated 2025-10-27T01:01:37Z
Nasional

Motivasi Kepemimpinan Maritim, Oleh Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, DBA, Ph.D.

Foto Istimewa


Motivasi Kepemimpinan Maritim: Memandu Jiwa, Menyatukan Awak, Menyongsong Masa Depan

Oleh Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, DBA, Ph.D.

Di tengah gemuruh gelombang dan derasnya arus globalisasi yang terus menuntut perubahan, seorang pemimpin di laut bukan sekadar nakhoda yang mengemudikan kapal, melainkan seorang penggerak visi, penyatupadu tim, dan penginspirasi jiwa. Dunia pelayaran modern menuntut lebih dari spontanitas dan kompetensi teknis; ia menuntut kepekaan emosional, keberanian moral, dan keteguhan dalam memimpin.

Saya ingat suatu ketika ketika berada di Anjungan kapal menjelang dini hari — cahaya fajar redup memantul di permukaan laut, dan seluruh awak sedang bersiap menghadapi perubahan cuaca yang menantang. Dalam momen itu saya menyadari: kepemimpinan bukan hanya soal memberikan perintah, tetapi soal membangun rasa percaya, tentang bagaimana sang pemimpin hadir dalam kebersamaan, bukan hanya dalam otoritas.

Pertama: Sebuah visi besar harus menjadi bintang utara. Seorang pemimpin pelayaran tidak hanya fokus kepada rute dan ETA, tetapi juga kepada nilai-nilai yang membawa kapal dan awaknya menuju pencapaian yang bermakna. Ketika setiap individu memahami bahwa kontribusi mereka lebih dari sekadar tugas mekanis, mereka menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar — misi bersama yang menggugah.

Kedua: Empati adalah jangkar kuat yang menahan kapal di saat badai psikologis. Awak kapal datang dari latar belakang berbeda—kultural, usia, bahasa yang bervariasi. Sebagai pemimpin saya sering menegaskan: “Saya ingin mendengar suaramu, bukan hanya instruksiku.” Mendorong dialog terbuka, penghargaan terhadap ide, bahkan ketika ide itu berasal dari yang paling muda—semuanya memperkuat kohesi tim.

Ketiga: Keberanian moral untuk bertindak. Adalah hal mudah memimpin ketika laut tenang dan semua lancar. Tapi ketika badai datang—baik secara fisik maupun ekonomi—pemimpin teruji dalam keputusan yang cepat dan tepat, sekaligus manusiawi. Memilih keselamatan awak, mengutamakan integritas operasional, menjaga lingkungan maritim — itulah bentuk nyata dari kepemimpinan yang bertanggung jawab.

Keempat: Pembelajaran yang konsisten. Lautan berubah, teknologi bergerak cepat, regulasi semakin ketat. Pemimpin sejati tak berhenti belajar — dari kesalahan, dari teman sekerja, dari generasi baru yang membawa perspektif digital. Saya selalu menekankan bahwa pada setiap pelayaran, kita adalah pelajar dan pengajar sekaligus.

Bagi Anda yang saat ini berada dalam posisi memimpin—di kantor pelayaran, di jembatan kapal, atau sebagai mentor di pelatihan maritim—ingatlah bahwa kepemimpinan sejati bukanlah tentang posisi atau gelar. Kepemimpinan sejati adalah tentang kehadiran yang berarti, kemauan untuk mendengar, dan kemampuan untuk menyatukan aspirasi bersama.

Mari kita tanamkan budaya kepemimpinan yang tidak hanya mengarahkan kapal ke pelabuhan tujuan, tetapi juga mengarahkan manusia — awak kapal, staf di darat, rekan kerja — menuju transformasi. Dengan demikian, kita tidak hanya mengirim barang melintasi lautan; kita mengantarkan harapan, membina profesionalisme, dan memperkuat jaringan peradaban maritim yang berkelanjutan.

Dalam setiap belokan rute dan tiap perubahan pasang surut, jadilah pemimpin yang menguatkan, menginspirasi, dan memberdayakan. Karena pada akhirnya, yang akan kita wariskan bukan sekadar catatan pelayaran atau angka kinerja, melainkan kepercayaan, persahabatan, dan warisan nilai yang tak lekang oleh waktu.

Selamat memimpin, selamat menavigasi karier Anda dan tim Anda menuju laut baru penuh peluang. Ingatlah: bersama – kita lebih kuat. Di atas gelombang kehidupan dan pelayaran bisnis, jiwa yang tergerak akan membawa awaknya menuju keberhasilan yang bertahan lama.

Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, DBA, Ph.D.
(Global Maritime Leadership.info)

*****

Salam Redaksi,.