![]() |
| GLOBAL MARITIME LEADERSHIP - FOTO ISTIMEWA |
Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono Serukan Semangat Kepemimpinan dan Kolaborasi Pemuda di Hari Sumpah Pemuda 2025
Jakarta, 28 Oktober 2025 — Dalam momentum bersejarah Hari Sumpah Pemuda 2025, sosok akademisi sekaligus pemimpin maritim nasional, Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, DBA., Ph.D., menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya kepemimpinan visioner, solidaritas, dan semangat kolaborasi di kalangan generasi muda Indonesia.
Melalui pernyataan yang disampaikan dalam rangkaian kegiatan Global Maritime Leadership (GML), Prof. Eddy mengajak seluruh pemuda Indonesia untuk meneladani semangat Sumpah Pemuda bukan sekadar dalam kata-kata, melainkan melalui tindakan nyata yang berdampak bagi bangsa.
“Sumpah Pemuda adalah fondasi moral yang menegaskan jati diri bangsa. Di era digital ini, pemuda dituntut tidak hanya bersatu dalam bahasa dan tanah air, tetapi juga bersatu dalam visi untuk membangun Indonesia yang cerdas, berdaya saing, dan berkarakter global,” ujar Prof. Eddy dengan penuh keyakinan.
Sumpah Pemuda dan Tantangan Generasi 5.0
Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini mengangkat tema besar tentang transformasi kepemudaan di era Society 5.0 — masa di mana kecerdasan buatan, digitalisasi, dan teknologi informasi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Prof. Eddy menilai bahwa generasi muda saat ini memiliki tantangan yang berbeda dari generasi pendahulu. Jika dahulu perjuangan dilakukan dengan senjata dan perlawanan fisik, kini perjuangan terletak pada kemampuan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi global.
“Pemuda Indonesia tidak boleh menjadi penonton dalam arus perubahan dunia. Mereka harus menjadi navigator yang mampu mengarahkan kemajuan bangsa dengan kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual,” tegasnya.
Menurut Prof. Eddy, semangat Sumpah Pemuda perlu dimaknai sebagai dorongan untuk membangun leadership ecosystem — ekosistem kepemimpinan yang mendorong sinergi antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat. Dalam pandangannya, masa depan bangsa tidak hanya bergantung pada inovasi teknologi, tetapi juga pada karakter dan integritas generasi mudanya.
Maritim dan Nasionalisme: Dua Jiwa yang Tak Terpisahkan
Sebagai pakar ekonomi dan kepemimpinan maritim, Prof. Eddy menyoroti pentingnya sektor kelautan sebagai bagian dari jati diri Indonesia. Ia menekankan bahwa laut bukan sekadar sumber daya ekonomi, melainkan juga simbol persatuan dan keberanian bangsa.
“Sejak dahulu, laut telah mempersatukan nusantara. Di atas ombak dan angin, lahir semangat juang para pelaut dan pemimpin yang membawa kejayaan maritim Indonesia. Jiwa bahari ini harus dihidupkan kembali dalam diri setiap pemuda,” jelasnya.
Melalui platform Global Maritime Leadership, Prof. Eddy terus berupaya mengembangkan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan maritim yang berorientasi global, namun tetap berakar pada nilai-nilai kebangsaan. Program ini telah melibatkan berbagai kalangan — mulai dari mahasiswa, perwira kapal, hingga profesional di bidang logistik dan ekonomi kelautan.
Pemuda dan Tanggung Jawab Kepemimpinan Masa Depan
Dalam refleksinya terhadap makna Hari Sumpah Pemuda, Prof. Eddy menegaskan bahwa pemuda tidak boleh hanya menjadi pengikut arus teknologi, tetapi harus menjadi leader of change yang mampu mengarahkan perubahan ke arah yang lebih baik.
Ia menyampaikan tiga prinsip dasar yang perlu dimiliki generasi muda agar mampu menjadi pemimpin masa depan:
-
Integritas moral, yaitu kejujuran dan tanggung jawab dalam setiap tindakan.
-
Inovasi berkelanjutan, yakni kemampuan menciptakan solusi baru untuk menghadapi tantangan zaman.
-
Kepedulian sosial, yaitu semangat untuk membangun masyarakat yang inklusif dan berkeadilan.
“Pemimpin sejati tidak dilahirkan, melainkan dibentuk melalui proses panjang — dari keberanian mengambil keputusan, kesediaan untuk belajar, hingga keikhlasan untuk melayani,” ujar Prof. Eddy menutup pesannya.
Refleksi Hari Sumpah Pemuda 2025
Foto peringatan Sumpah Pemuda 2025 yang menampilkan Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono dengan latar bendera merah putih dan simbol kebangsaan bukan sekadar dokumentasi seremonial. Potret tersebut menjadi simbol integritas dan keteladanan seorang akademisi yang terus menjaga nilai nasionalisme di tengah dunia global yang semakin tanpa batas.
Lewat kiprah dan pemikirannya, Prof. Eddy mengingatkan bahwa semangat pemuda Indonesia tidak boleh padam. Tantangan boleh berubah, tetapi nilai-nilai persatuan, perjuangan, dan cinta tanah air harus tetap menyala di setiap langkah generasi penerus.
Sebagaimana ikrar yang diucapkan para pemuda pada 28 Oktober 1928, Prof. Eddy mengajak masyarakat untuk kembali meneguhkan komitmen: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa — Indonesia. Namun kini, makna itu diperluas menjadi satu visi: membangun Indonesia unggul di panggung dunia.
Penutup
Peringatan Hari Sumpah Pemuda bukan hanya momentum mengenang sejarah, tetapi juga panggilan moral untuk menegakkan kembali nilai-nilai kepemimpinan, kreativitas, dan kolaborasi. Melalui pandangan Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, makna Sumpah Pemuda 2025 menjadi lebih hidup — bukan sekadar simbol, tetapi gerakan nyata menuju Indonesia maju, maritim tangguh, dan generasi muda berkarakter global.
*****
Salam Redaksi,.
