![]() |
| Foto Istimewa |
RENUNGAN MOTIVASI: MENJADI KEBANGGAAN BANGSA DI PENTAS DUNIA
Oleh: Prof. Dr. Capt. Eddy Sumartono, DBA., Ph.D.
Setiap anak bangsa terlahir dengan potensi besar yang dititipkan oleh Tuhan untuk memberi arti bagi dunia. Di dada kita mengalir darah merah putih — darah yang sama dengan para pejuang yang dahulu mengorbankan segalanya demi satu kata sakral: Indonesia. Namun kini, perjuangan kita bukan lagi di medan perang bersenjata, melainkan di medan pengetahuan, moralitas, dan karya nyata. Di era globalisasi yang begitu cepat ini, tantangan terbesar kita bukan hanya mempertahankan identitas, tetapi juga membuktikan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia mampu berdiri sejajar, bahkan lebih unggul, melalui prestasi dan integritas.
Sebagai insan yang pernah mengarungi samudera luas dan melihat berbagai bangsa di dunia, saya menyadari satu hal penting: kebanggaan nasional bukan dilahirkan, tetapi diciptakan. Ia lahir dari tekad yang ditempa, dari kerja keras yang jujur, dan dari semangat pantang menyerah untuk memberikan yang terbaik, di mana pun kita berada. Ketika seorang anak bangsa berprestasi di luar negeri, baik di bidang akademik, maritim, ekonomi, maupun teknologi, sesungguhnya ia sedang mengibarkan merah putih di hati jutaan orang.
Namun, untuk sampai ke titik itu, dibutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar kemampuan teknis — dibutuhkan karakter. Karakter yang kuat, disiplin yang teruji, dan keikhlasan dalam bekerja. Dunia modern saat ini tidak lagi hanya menghargai kepintaran, tetapi lebih menghargai integritas, etika, dan komitmen terhadap kebenaran. Dalam dunia pelayaran, saya sering mengatakan kepada para perwira muda: “Ilmu dan kecerdasan akan menuntun kapal menuju pelabuhan, tetapi karakterlah yang memastikan kapal itu tidak karam di tengah badai.” Begitu pula dalam kehidupan: pengetahuan membawa kita jauh, namun karakterlah yang membuat kita tetap teguh.
Bangsa Indonesia dianugerahi sumber daya alam yang luar biasa, namun lebih dari itu — kita memiliki sumber daya manusia yang berhati besar dan berjiwa gotong royong. Itulah kekuatan sejati kita. Dalam budaya maritim, kerja sama menjadi kunci keberhasilan pelayaran. Tak ada kapal yang dapat berlayar dengan satu tangan saja; semuanya harus bekerja dalam harmoni, saling melengkapi, dan memiliki satu tujuan. Begitu pula bangsa ini: hanya dengan persatuan dan kolaborasi, kita dapat menjadi kekuatan besar yang disegani di dunia internasional.
Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,
Jangan pernah merasa kecil hanya karena kita berasal dari negara berkembang. Jadikan itu sebagai bahan bakar semangat untuk membuktikan bahwa kita bisa! Dunia telah menyaksikan bagaimana banyak anak muda Indonesia menorehkan prestasi di ajang internasional — dari teknologi, riset maritim, sains, hingga budaya. Mereka adalah bukti bahwa bendera Indonesia tak hanya berkibar di atas tanah air, tapi juga di panggung dunia. Dan Anda pun bisa menjadi bagian dari mereka.
Jangan menunggu kesempatan datang; ciptakanlah kesempatan itu. Dunia tidak menanyakan dari mana kita berasal, tetapi apa yang dapat kita berikan. Jadilah pribadi yang tidak hanya berambisi untuk sukses, tetapi juga memiliki misi untuk memberi manfaat bagi bangsa. Ketika kita bekerja dengan hati, berkarya dengan kejujuran, dan memimpin dengan keteladanan, maka keberhasilan bukan hanya akan datang — ia akan meninggalkan jejak yang menginspirasi generasi berikutnya.
Kita harus membangun mentalitas juang seorang pelaut sejati: berani menantang badai, tidak gentar pada ombak, dan tetap berpegang teguh pada kompas nilai-nilai luhur bangsa. Sebab menjadi kebanggaan bangsa bukan berarti harus menjadi terkenal; menjadi kebanggaan bangsa berarti menjadi teladan — dalam disiplin, tanggung jawab, serta keteguhan moral. Setiap guru yang mengajar dengan dedikasi, setiap pelaut yang menjaga keselamatan awaknya, setiap peneliti yang menemukan inovasi baru, dan setiap mahasiswa yang belajar dengan sepenuh hati — merekalah pahlawan masa kini.
Saya ingin mengajak seluruh generasi muda Indonesia untuk bermimpi besar, tapi tetap berpijak pada tanah yang kokoh. Bermimpilah sampai ke ujung langit, tetapi jangan lupakan akar budaya, nilai kesopanan, dan semangat nasionalisme. Dunia membutuhkan orang yang tidak hanya pintar, tapi juga berhati luhur. Indonesia membutuhkan putra-putri yang tidak hanya mencari pekerjaan, tapi menciptakan peluang dan perubahan.
Di era ekonomi global dan revolusi teknologi 5.0 ini, kita menghadapi dunia tanpa batas. Tapi ingat, batas sejati bukanlah jarak geografis, melainkan batas dalam pikiran kita sendiri. Jika kita percaya bahwa kita mampu, maka seluruh dunia pun akan percaya. Sebaliknya, jika kita ragu, maka peluang besar akan terlewat begitu saja. Karena itu, buanglah rasa takut, ubahlah setiap kegagalan menjadi pelajaran, dan teruslah maju. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak berhenti belajar, tidak berhenti berjuang, dan tidak berhenti berharap.
Akhirnya, saya ingin menutup renungan ini dengan pesan sederhana namun mendalam:
"Jadilah lilin di tengah kegelapan, bukan karena ingin dilihat, tetapi karena ingin memberi terang."
Jadilah ombak yang terus bergerak, bukan karena ingin menabrak karang, tetapi karena ingin menggerakkan lautan.
Dan jadilah anak bangsa yang selalu membawa nama Indonesia dengan penuh kehormatan, di mana pun kaki melangkah, di mana pun layar terkembang.
Indonesia tidak menunggu keajaiban. Indonesia menunggu kita — untuk menjadi keajaiban itu sendiri.
*****
Salam Redaksi,.
